Senin, 22 Agustus 2022

ASMA

Share:

Jumat, 12 Agustus 2022

 konsep keluarga

2.1         Konsep keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

   Menurut Padila (2012) mendefinisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang memiliki hubungan erat satu sama lain, saling tergantung yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Menurut Dion & Yasinta (2013) keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan..

2.2.2 Bentuk-Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut Suprajitno (2012).

a. Keluarga inti (Nuclear Family)

  Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikaan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

b. Keluarga besar (Extended Family)

          Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c. Keluarga Campuran (Blended Family)

          Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung dan anak-anak tiri.

d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family) Anak-anak yang tinggal bersama.

e. Keluarga orang tua tinggal

     Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.

f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)

     Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki kepercayaan bersama.

g. Keluarga Serial (Serial Family)

     Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan pasangannya masingmasing, tetapi semuanya mengganggap sebagai satu keluarga.

h. Keluarga Gabungan (Composite Family)

     Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan anak-anaknya (poliandri).

i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)

     Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

Sedangkan menurut Dion & Yasinta (2013) membedakan 2 bentuk keluarga, yaitu :

1. Keluarga Tradisional (Traditional Family)

a.      Keluarga yang terbentuk karena/tidak melanggar norma- norma kehidupan masyarakat yang secara tradisional dihormati bersamasama, yang terpenting adalah keabsahan ikatan keluarga.

b.      Keluarga Inti (Nuclear Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri serta anak-anak yang hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga.

c.      Keluarga Inti diad (Nuclear Dyad Family)

Keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak, atau anak-anak mereka telah tidak tinggal bersama.

d.      Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family)

Keluarga inti yang suami atau istrinya telah meninggal dunia.

e.       Keluarga orang dewasa bujangan (Single Adult Living Alone)

Keluarga yang terdiri dari satu orang dewasa laki-laki atau wanita yang hidup secara membujang.

f.       Keluarga tiga generasi (Three Generation Family)

Keluarga inti ditambah dengan anak yang dilahirkan oleh anak-anak mereka.

g.      Keluarga pasangan umur jompo atau pertengahan (Middle Age or Aldert Couple)

Keluarga inti diad yang suami atau istrinya telah memasuki usia pertengahan atau lanjut.

h.      Keluarga jaringan keluarga (Kin Network)

Keluarga inti ditambah dengan saudara-saudara menurut garis vertikal atau horizontal, baik dari pihak suami maupun istri.

i.        Keluarga karier kedua (Second Carrier Family)

Keluarga inti ada yang anak-anaknya telah meninggalkan keluarga, suami atau istri aktif lagi kerja.

2. Keluarga Non Tradisional

Keluarga yang pembentukannya tidak sesuai atau dianggap melanggar norma-norma kehidupan tradisional yang dihormati bersama. Yang terpenting adalah keabsahan ikatan perkawinan antara suami-istri. Dibedakan 5 macam sebagai berikut :

a.       Keluarga yang hidup bersama (Commune Family)

Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi hak dan tanggungjawab bersama serta memiliki kekayaan bersama.

b.      Keluarga dengan orang tua tidak kawin dengan anak (Unmarried Parents and Children Family): pria atau wanita yang tidak pernah

kawin tetapi tinggal bersama dengan anak yang dilahirkannya.

c.       Keluarga pasangan tidak kawin dengan anak (Unmarried couple with children Family): keluarga inti yang hubungan suami-istri tidak terikat perkawinan sah.

d.      Keluarga pasangan tinggal bersama (Combifity Family): keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ikatan perkawinan yang sah.

e.       Keluarga homoseksual (Homoseksual Union) adalah keluarga yang terdiri dari dua orang dengan jenis kelamin yang sama dan hidup bersama sebagai suami istri.

2.2.3        Peran Keluarga

        Peran keluarga menurut Dion (2013) yaitu :

1)      Peran sebagai ayah : ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, anggota kelompok sosial, serta anggota masyarakat dan lingkungan.

2)      Peran sebagai ibu : ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.

3)      Peran sebagai anak : anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

2.2.4 Tugas Kesehatan Keluarga

Dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan, tugas keluarga merupakan faktor utama untuk pengembangan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas kesehatan keluarga menurut Setyowati (2007), adalah sebagai berikut:

a. Mengenal gangguan perkembangan masalah kesehatan setiap anggotanya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timabal-balik antara keluarga lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik

 

2.2.5 Struktur dan Fungsi Keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal dan Informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah sebagai panutan dan pelindung keluarga. Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung diantara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah.

               Menurut Friedman (2010) ada lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut.

a.         Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.

b.         Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.

c.         Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarg meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d.        Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan.

e.         Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarg untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

2.2.6 Peran Perawat Keluarga

         Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu memerhatikan prinsip-prinsip berikut (Friedman 2010).

a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif.

b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga.

c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga.

d. Menerima dan mengakui struktur keluarga.

e. Menekankan pada kemampuan keluarga.

Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.

a.       Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga,terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

b.      Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.

c.       Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.

d.      Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.

e.       Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.

f.       Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.

g.      Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.

h.      Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

 

Daftar pustaka

Andarmoyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik. Jogjakarta

 

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

 

Dion,Yohanes dan Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.Yogyakarta : Nuhamedika

 

Doenges, Marilynn E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman  Untuk. Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih.  Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta.

 

Faisalado. 2014. Keperawatan Komunitas. Dengan Pendekatan Praktis. Medical Book

 

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC

 

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan  Berdasarkan. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

 

Mayer., Welsh dan Kowalak, 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

 

Sudarta, W. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler. Yogyakarta : Gosyen Publishing

 

Suprajitno.2012.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam. Praktik.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

 

Triyanto E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara. Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

 

Padila.2012.Buku Ajar Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Nuha Medika

 

Wajan Juni. 2011. “Keperawatan Kardiovaskular”. Jakarta: Salemba.  Medika

 

 

 

 

 

 


Share:

Hipertensi

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1    Konsep Dasar Penyakit

2.1.1        Definisi

Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatantekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatanangka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa olehjantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yangkembali kejantung (Triyanto, 2014).

Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yangsering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistoliklebih dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normalpada lansia (Sudarta, 2013).

 Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula (lansia), hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg  (Smeltzer, 2012).

Tabel 2.1

Ukuran Tekanan Darah

(Pearch. 2012)

 

Kategori

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Normal

Dibawah 130 mmhg

Dibawah 85 mmhg

Normal Tinggi

130-139 mmhg

85-89 mmhg

Stadium 1 (Hipertensi Ringan)

140-159 mmhg

90-99 mmhg

Stadium 2 (Hipertensi Sedang)

160-179 mmhg

100-109 mmhg

Stadium 3 (Hipertensi Berat)

180-209 mmhg

110-119 mmhg

Stadium 4 (Hipertensi Maligna)

210 mmhg atau lebih

120 mmhg atau lebih

 

2.1.2  Anatomi Fisiologi

a.       Anatomi

 


 

 

 

 

 

 

Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskuler

(Pearch. 2012)

 

Jantung merupakan organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada, dibawah perlindungan tulang iga , sedikit ke sebelah kiri sternum. Jantung terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang disebut pericardium. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Sisi kiri jantung memompa darah ke seluruh sel tubuh, kecuali sel-sel yang berperan dalam pertukaran gas di paru-paru (ini disebut sebagai sirkulasi sistemik). Sisi kanan jantung memompa darah ke paru-paru untuk mendapat oksigen (ini disebut sirkulasi paru atau pulmoner) (Evelyn, 2010)

1.        Sirkulasi sistemik

Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Darah di atrium kiri kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrio ventrikel (AV), yang terletak di sambungkan atrium dan ventrikel (katup ini disebut katup mitralis). Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalam ruang jantung atau pembuluh yang berada diatasnya melebihi tekanan di dalam ruang atau pembuluh yang ada di bawah (Evelyn, 2010).

Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju sebuah arteri besar berotot, yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui katup aorta. Darah di aorta kemudian disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik, yakni melalui arteri, arteriol, dan kapiler, yang kemudian menyatu kembali untuk membentuk vena-vena. Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena terbesar, yakni vena kava inferior. Vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah ke vena kava superior, yakni ke dua vena kava yang bermuara di atrium kanan (Evelyn, 2010).

2.1.3        Etiologi

Menurut Udjianti (2010), penyebab dari hipertensi yaitu:

a. Hipertensi primer atau essensial :

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui,sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial jugatidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukanpenyakit renivaskuler, gagalginjal maupun penyakit lainnya,genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnyahipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)

1)        Genetik

       Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

2)        Jenis kelamin dan usia

       Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

3)        Diet

Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi

4)        Berat badan

Obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.

5)        Gaya hidup

Merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap

b. Hipertensi sekunder :

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, penngkatan volume intravaskuler, luka bakar dan stress (Wajan, 2011).

 

2.1.4  Patofisiologi

Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014).

Pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekwensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer (Prima,2015)


2.1.5        Patoflow

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.1.6        Manifestasi klinis

Manisfestasi klinikmenurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara laina.

              a.          Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunanlangkah tidak mantap.

             b.          Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karenapeningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.

              c.          Epistaksis karenakelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.

             d.          Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunanperfusi darah akibat vasokonstriksi pembuluh darah.

              e.          Penglihatan kabur akibat kerusakanpadaretinasebagai dampakhipertensi.

              f.          Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat daripeningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi olehglomerulus.

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits(bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).

 

2.1.7        Komplikasi

Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :

1.      Otak : Menyebabkan stroke

2.      Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat  menimbulkan kebutaan

3.      Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung)

4.       Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

Berdasarakan pada pengkajian, komplikasi yang terjadi antara lain (Doengoes, M.E, 2000).

a. Perdarahan Retina

b. Cedera Serebrovaskuler

c. Infark miokard

d. Gagal Ginjal

e. Penyakit Katup Jantung.

2.1.8        Penatalaksanaan Medis

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi (Sudarta, W. 2013):

a) Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

1)   Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a.       Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b.      Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

c.       Penurunan berat badan

d.      Penurunan asupan etanol

2)        Menghentikan merokok

3)        Diet tinggi kalium

4)        Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

a)    Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.

b)   Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur.

c)    Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan.

d)   Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik perminggu.

5)        Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1)   Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2)   Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

3)   Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b) Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.

1)      Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.

2)      Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

3)      Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. ada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).

4)      Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.

5)      Penghambat ensim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6)      Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

7)      Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

2.1.9. Pemeriksaan Penunjang

            Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk hipertensi adalah (Nurarif, 2015).

1. Pemeriksaan Laboratorium

a.       Hb/Ht, untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia

b.      BUN/Kreatin, memberikan informasi tentang ferusi/fungsi ginjal

c.       Glukosa, Hiperglekemia dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin

d.      Urinalisa, darah, protein, glukosa, mengisaratkan dusfungsi ginjal  dan ada DM

2.    CT scan

3.    EKG

4.    IUP, mengidentifikaasi penyebab Hipertensi seperti, Batu ginjal

5.    Photo dada, menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembengkakan jantung

 Daftar pustaka

Andarmoyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik. Jogjakarta 

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press

Dion,Yohanes dan Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.Yogyakarta : Nuhamedika 

Doenges, Marilynn E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman  Untuk. Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih.  Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta.

Faisalado. 2014. Keperawatan Komunitas. Dengan Pendekatan Praktis. Medical Book 

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan  Berdasarkan. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction. 

Mayer., Welsh dan Kowalak, 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Sudarta, W. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler. Yogyakarta : Gosyen Publishing 

Suprajitno.2012.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam. Praktik.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Triyanto E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara. Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu 

Padila.2012.Buku Ajar Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Nuha Medika

Wajan Juni. 2011. “Keperawatan Kardiovaskular”. Jakarta: Salemba.  Medika

 

 

 

 

 

 


Share:

Breaking

{getPosts} $results={6} $label={recent}

JSON Variables

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Facebook SDK

  • https://connect.facebook.net/en_US/sdk.js#xfbml=1&version=v9.0

BENCHMARKING (BM) NILAI-NILAI BerAKHLAK LATSAR CPNS TAHUN 2024

  BENCHMARKING (BM) NILAI-NILAI BerAKHLAK LATSAR CPNS TAHUN 2024   BENCHMARKING (BM) NILAI-NILAI BerAKHLAK Badan Standarisasi Nasion...

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Cari Blog Ini

About Us

About Us
Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's.

Default Thumbnail

Default Thumbnail

Blogroll

Blogger templates

Pages - Menu

Popular Posts