BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatantekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatanangka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa olehjantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yangkembali kejantung (Triyanto, 2014).
Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yangsering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistoliklebih dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg, tekanan sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normalpada lansia (Sudarta, 2013).
Hipertensi adalah tekanan darah persistem dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi manula (lansia), hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer, 2012).
Tabel 2.1
Ukuran Tekanan Darah
(Pearch. 2012)
Kategori |
Tekanan Darah Sistolik |
Tekanan Darah Diastolik |
Normal |
Dibawah 130 mmhg |
Dibawah 85 mmhg |
Normal Tinggi |
130-139 mmhg |
85-89 mmhg |
Stadium 1 (Hipertensi Ringan) |
140-159 mmhg |
90-99 mmhg |
Stadium 2 (Hipertensi Sedang) |
160-179 mmhg |
100-109 mmhg |
Stadium 3 (Hipertensi Berat) |
180-209 mmhg |
110-119 mmhg |
Stadium 4 (Hipertensi Maligna) |
210 mmhg atau lebih |
120 mmhg atau lebih |
2.1.2 Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskuler
(Pearch. 2012)
Jantung merupakan organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada, dibawah perlindungan tulang iga , sedikit ke sebelah kiri sternum. Jantung terdapat di dalam sebuah kantung longgar berisi cairan yang disebut pericardium. Keempat ruang jantung tersebut adalah atrium kiri dan kanan serta ventrikel kiri dan kanan. Sisi kiri jantung memompa darah ke seluruh sel tubuh, kecuali sel-sel yang berperan dalam pertukaran gas di paru-paru (ini disebut sebagai sirkulasi sistemik). Sisi kanan jantung memompa darah ke paru-paru untuk mendapat oksigen (ini disebut sirkulasi paru atau pulmoner) (Evelyn, 2010)
1. Sirkulasi sistemik
Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Darah di atrium kiri kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrio ventrikel (AV), yang terletak di sambungkan atrium dan ventrikel (katup ini disebut katup mitralis). Semua katup jantung membuka ketika tekanan dalam ruang jantung atau pembuluh yang berada diatasnya melebihi tekanan di dalam ruang atau pembuluh yang ada di bawah (Evelyn, 2010).
Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju sebuah arteri besar berotot, yang disebut aorta. Darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta melalui katup aorta. Darah di aorta kemudian disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik, yakni melalui arteri, arteriol, dan kapiler, yang kemudian menyatu kembali untuk membentuk vena-vena. Vena-vena dari bagian bawah tubuh mengembalikan darah ke vena terbesar, yakni vena kava inferior. Vena dari bagian atas tubuh mengembalikan darah ke vena kava superior, yakni ke dua vena kava yang bermuara di atrium kanan (Evelyn, 2010).
2.1.3 Etiologi
Menurut Udjianti (2010), penyebab dari hipertensi yaitu:
a. Hipertensi primer atau essensial :
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui,sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial jugatidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukanpenyakit renivaskuler, gagalginjal maupun penyakit lainnya,genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnyahipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat,merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014)
1) Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
2) Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
3) Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi
4) Berat badan
Obesitas (> 25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
5) Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan tekanan darah, bila gaya hidup menetap
b. Hipertensi sekunder :
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi oral, coarctation aorta, neurogenik (tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris), kehamilan, penngkatan volume intravaskuler, luka bakar dan stress (Wajan, 2011).
2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil (arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat, ginjal akan mengeluarkan garam dan air yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah normal. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ peting dalam mengembalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah (Triyanto 2014).
Pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekwensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya), mengakibatkan penurunan curah jantunng dan meningkatkan tahanan perifer (Prima,2015)
2.1.5 Patoflow
2.1.6 Manifestasi klinis
Manisfestasi klinikmenurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara laina.
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunanlangkah tidak mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karenapeningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karenakelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunanperfusi darah akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakanpadaretinasebagai dampakhipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat daripeningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi olehglomerulus.
Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits(bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak (Kowalak, Weish, & Mayer, 2011).
2.1.7 Komplikasi
Sedangkan menurut Menurut (Ahmad,2011) Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipeertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardovaskular seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain :
1. Otak : Menyebabkan stroke
2. Mata : Menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan
3. Jantung : Menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark jantung)
4. Ginjal : Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal
Berdasarakan pada pengkajian, komplikasi yang terjadi antara lain (Doengoes, M.E, 2000).
a. Perdarahan Retina
b. Cedera Serebrovaskuler
c. Infark miokard
d. Gagal Ginjal
e. Penyakit Katup Jantung.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi (Sudarta, W. 2013):
a) Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
2) Menghentikan merokok
3) Diet tinggi kalium
4) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan.
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik perminggu.
5) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
3) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
b) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2) Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
3) Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. ada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).
4) Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
5) Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
7) Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
2.1.9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk hipertensi adalah (Nurarif, 2015).
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht, untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia
b. BUN/Kreatin, memberikan informasi tentang ferusi/fungsi ginjal
c. Glukosa, Hiperglekemia dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
d. Urinalisa, darah, protein, glukosa, mengisaratkan dusfungsi ginjal dan ada DM
2. CT scan
3. EKG
4. IUP, mengidentifikaasi penyebab Hipertensi seperti, Batu ginjal
5. Photo dada, menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembengkakan jantung
Daftar pustaka
Andarmoyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik. Jogjakarta
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press
Dion,Yohanes dan Yasinta Betan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.Yogyakarta : Nuhamedika
Doenges, Marilynn E.dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk. Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih. Bahasa: I Made Kriasa.EGC.Jakarta.
Faisalado. 2014. Keperawatan Komunitas. Dengan Pendekatan Praktis. Medical Book
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan. Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Mayer., Welsh dan Kowalak, 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Sudarta, W. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Cardiovaskuler. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Suprajitno.2012.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam. Praktik.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Triyanto E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara. Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu
Padila.2012.Buku Ajar Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Nuha Medika
Wajan Juni. 2011. “Keperawatan Kardiovaskular”. Jakarta: Salemba. Medika